Naskah Pidato Bahasa Inggris tentang
Pendidikan
Bahasa Inggris
Assalamualaikum
wr wb.
With
all due respect to the honorable judges representing, to all of the teachers
here attending, and to all of the audiences, ladies and gentlemen, good morning
everyone!
First
of all, let us thank Allah SWT which because of His blessings, we all can
gather here on this event.
Shalawat
and prayer we will say to our greatest prophet, Muhammad SAW, his family, his
friends, and all of his followers. Amen!
In this
opportunity, I would like to tell you my speech about education.
The
growing quantity of school age children and a large fast growing of each
education graduates, were not followed by the enough and fast addition of
infrastructure and education facilities. It causes problems for the government
to provide "education and teaching" for all citizens as mandated by
Basic State Law.
This
issue is crucial because we have the various levels of social-economic-cultural
differences. Then for the first time, the application of Repelita (rencana
pembangunan lima tahun or five years development planning) with emphasis on
economic development is seen as the foundation for other aspects of national
development. In education reform focused attention on efforts to repair and increase
the quality of regulation and the opportunity to education.
Concerning
about this, it is so hard to achieve only if we use a conventional way of the
technology and communication, information, radio and television. In 2007 the
government has set a national budget for education of 20% for primary, junior
secondary and senior secondary school. Programs and activities that are not
made solely on the basis of growing number of school buildings, teachers, books
and others.
We can
identify several alternatives, as follows:
1.
Adding the capacity of high school that applied together with the addition of
new schools.
2.
Increasing the capacity of private schools.
3.
Development of open schools with the media of correspondence, modules, radio
broadcasting, television and others.
4. The
establishment of the practical skills courses outside of school for society.
Ki
Hajar Dewantara (1889-1959) was an educational figure who established education
institution in the Taman Siswa. He was familiar with the philosophy of
"tut wuri handayani, hing madya mangun karsa, hing ngarso sung
tulada".
Dewantara
classify education goal with the term of "tri-nga" (three “nga”, as
“nga” is the last letter in the Javanese alphabet).
The
first "Nga" is "ngerti"(understanding or intellectual
aspects),
The
second "Nga" is "ngrasa" (experiencing or affection
aspects),
And the
third "nga" is "nglakoni" (or aspects of teaching
psychomotoric).
Formulate educational goals
that include aspects of cognitive, affective, and psychomotor. According to
Dewantara, it is the right of each person to set himself, therefore teaching
must educate children to become independent in mind, thought and energy.
Teaching should not only focus on intellectual mind because it can separate the
educated people with others.
Finally,
I hope the Indonesian people to improve and achieve more and create
child-students more productive, creative, innovative and useful for the nation
and country, creating high quality human resources that can be independent and
meet the needs of universe.
Bahasa
Indonesia
Pertambahan anak umur sekolah
yang cepat dan pertambahan lulusan tiap jenjang pendidikan yang besar, tapi
tidak diikuti penambahan prasarana dan sarana pendidikan yang cepat dan
memadai, menimbulkan masalah bagi pemerintah untuk memberikan “pendidikan dan
pengajaran” pada semua warga Negara sebagaimana diamanatkan oleh undang- undang
Dasar.
Persoalan ini krusial mengingat beragamanya geografis nusantara yang luas dan terpencar dengan tingkat perkembangan sosial-ekonomi-kultural berbeda. Ketika itu untuk pertama kali pelaksanakan REPELITA dengan tekanan pada pembangunan ekonomi yang dipandang sebagai landasan bagi aspek- aspek lain dari pembangunan nasional. Dalam pembaruan pendidikan perhatian difokuskan pada upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas serta penataan kesempatan mendapat pendidikan. Mengenai yang terakhir ini sulitlah dicapai bila hanya melalui cara-cara konvesial yaitu memanfaatkan teknologi komunikasi dan teknologi ,informasi radio dan televisi. Pada tahun 2007 pemerintah telah menetapkan APBN untuk pendidikan sebesar 20% bagi SD, SLTP dan SLTA. Program dan kegiatan yang dilakukan tidak semata-mata atas dasar pertambahan jumlah gedung sekolah, guru, buku dan lain-lain.
Alternatif yang didentifikasikan adalah :
1. Penambahan daya tampung SLP yang dilakukan baik dengan penambahan sekolah baru
2. Peningkatan daya tampung sekolah- sekolah swasta
3. Pengembangan sekolah terbuka dengan media korespodensi, modul, siaran radio, siaran televisi dan lain-lain
4. Pembukaan kursus- kursus ketrampilan praktis diluar sekolah sebagai jalur penyaluran kemasyarkat..
Ki Hajar Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memprokarsai berdirinya lembaga pendidikan Taman siswa. Dia lebih terkenal dengan filsafat” tut wuri handayani, hing madya mangun karsa, hing ngarso sung tulada. Dewantara mengklasifikasikan tujuan pandidikan dengan istilah “ tri-nga”(tiga “nga-nga adalah huruf terakhir dalam abjad jawa ajisak). “Nga” pertama adalah ngerti” (memahami /aspek intelektual). “Nga kedua” adalah “ngrasa” adalah (merasakan aspek afeksi), dan “nga” ketiga adalah “nglakonin” (mengajarkan atau aspek psikomotorik). Merumuskan tujuan pendidikan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Dewantara, adalah hak tiap orang untuk mengatur diri sendiri, oleh karena itu pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga. Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal itu dapat memisahkan orang tepelajar dengan rakyat.
Akhir sampai disini, semoga bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan mencerdaskan serta menciptakan anak-anak didik yang produktif, kreatif, dan inovatif yang berguna bagi bangsa dan Negara, Menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan global
Persoalan ini krusial mengingat beragamanya geografis nusantara yang luas dan terpencar dengan tingkat perkembangan sosial-ekonomi-kultural berbeda. Ketika itu untuk pertama kali pelaksanakan REPELITA dengan tekanan pada pembangunan ekonomi yang dipandang sebagai landasan bagi aspek- aspek lain dari pembangunan nasional. Dalam pembaruan pendidikan perhatian difokuskan pada upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas serta penataan kesempatan mendapat pendidikan. Mengenai yang terakhir ini sulitlah dicapai bila hanya melalui cara-cara konvesial yaitu memanfaatkan teknologi komunikasi dan teknologi ,informasi radio dan televisi. Pada tahun 2007 pemerintah telah menetapkan APBN untuk pendidikan sebesar 20% bagi SD, SLTP dan SLTA. Program dan kegiatan yang dilakukan tidak semata-mata atas dasar pertambahan jumlah gedung sekolah, guru, buku dan lain-lain.
Alternatif yang didentifikasikan adalah :
1. Penambahan daya tampung SLP yang dilakukan baik dengan penambahan sekolah baru
2. Peningkatan daya tampung sekolah- sekolah swasta
3. Pengembangan sekolah terbuka dengan media korespodensi, modul, siaran radio, siaran televisi dan lain-lain
4. Pembukaan kursus- kursus ketrampilan praktis diluar sekolah sebagai jalur penyaluran kemasyarkat..
Ki Hajar Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memprokarsai berdirinya lembaga pendidikan Taman siswa. Dia lebih terkenal dengan filsafat” tut wuri handayani, hing madya mangun karsa, hing ngarso sung tulada. Dewantara mengklasifikasikan tujuan pandidikan dengan istilah “ tri-nga”(tiga “nga-nga adalah huruf terakhir dalam abjad jawa ajisak). “Nga” pertama adalah ngerti” (memahami /aspek intelektual). “Nga kedua” adalah “ngrasa” adalah (merasakan aspek afeksi), dan “nga” ketiga adalah “nglakonin” (mengajarkan atau aspek psikomotorik). Merumuskan tujuan pendidikan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Dewantara, adalah hak tiap orang untuk mengatur diri sendiri, oleh karena itu pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga. Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal itu dapat memisahkan orang tepelajar dengan rakyat.
Akhir sampai disini, semoga bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan mencerdaskan serta menciptakan anak-anak didik yang produktif, kreatif, dan inovatif yang berguna bagi bangsa dan Negara, Menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan global