PERJALANAN
DAKWAH ROSULLULLAH SAW
Sesudah turun wahyu yang pertama, malaikat Jibril
beberapa lama tidak turun, sehingga Rasulullah sangat menanti kedatangannya.
Beliaupun selalu datang ke gua Hira’ sebagaimana kebiasaanya.
Pada suatu hari, kedengaranlah oleh beliau bunyi
suara dari langit lalu diangkatkannya kepalanya ke atas, kelihatanlah oleh
beliau malaikat Jibril. Melihat pemandangan itu, tubuh beliau berasa gemetar.
Beliau pulang ke rumahnya dalam keadaan takut. Sesampainya di rumah, beliau
terus sambil berkata kepada keluarganya “Selimutilah aku! Selimutilah aku!” Maka, diselimuti oleh mereka. Dalam keadaan
semacam itu, datanglah Jibril menyampaikan firman Allah kepada beliau yang
artinya :
Artinya : “Hai orang
yang berselimut! Bangun dan beri ingatlah! Hendaklah engkau besarkan Tuhan-mu!
Dan bersihkanlah pakaianmu! Jauhilah perbuatan dosa! Janganlah engkau memberi
karena hendak mendapat balasan banyak! Hendaklah engkau sabar karena Tuhanmu!”
A.)Tahapan Dakwah Rasulullah
Setelah turun ayat di atas, Rasulullah berdakwah
dengan cara menyeru keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang paling karib.
Percaya adanya Tuhan dan meninggalkan pemujaan berhala.
a. Pada fase
pertama
ini ada
beberapa orang yang dapat menerima seruan Muhammad, yaitu : isteri beliau, Ali
Putera paman beliau, dan Zaid sahaya beliau. Amat erat, Abu Bakar pun segera
iman kepada Nabi.Banyak orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar.
Mereka terkenal dengan nama “Assabiqunal
Awwalun” (orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam). Mereka
ialah Usman bin ‘Affan Zuber Ibnul Awwam, Sa’ad Ibnu Abi Waqqash, Abdur Rahman
Ibnu ‘Auf, Thalhah Ibnu ‘Ubaidillah, Abu’Ubaidah Ibnu Jarrah, dan Al Arqam Ibnu
Abil Arqam. Rumah Al Arqam Ibnu Abil Arqam dijadikan markas seruan kepada agama
baru itu.
b. Menyeru
Bani Abdul
Menyeru Bani Abdul Muthalib, ini adalah fase yang
kedua. Fase ini dimulai oleh Rasulullah sesudah Allah menurunkan firman-Nya
yang artinya.
Artinya : “Beri ingatlah
familimu yang dekat-dekat”. (QS. Asy-Syu’ara : 214)
Nabi menyeru Bani Abdul Mutthalib. Sesudah mereka
berkumpul berkatalah Nabi : “Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda
membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk
kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan dunia dan akhirat.
Perkataan Nabi ini disambut dengan baik dan
dibenarkan oleh sebagian mereka, tetapi sebagian lagi mendustakannya. Abu Lahab
paman Nabi sendiri sangat mendustakan : demikian juga istri Abu Lahab itu.
Abu lahab berkata : “Celakalah engkau! Apa untuk inikah kami engkau
panggil?”. Berkaitan dengan perilaku Abu Lahab ini Allah berfirman :
Artinya : Binasalah
hendaknya kedua tangan Abu Lahab, dan binasalah Abu Lahab itu. Hartanya dan apa
yang telah diusahakannya tidaklah membei faedah kepadanya. Dia akan dimasukkan
ke dalam neraka yang bergejolak, begitu juga isterinya, pemikul kayu bakar itu.
pada leher isterinya tali dari serat-serat.” (QS. Al-Lahab : 1-5)
1.) Kaum Quraisy Mulai Menentang Rasulullah
Seruan Rasulullah saw telah diketahui oleh kaum
Quraisy, akan tetapi dengan cara rahasia ini mereka tidak mempedulikan dampak
yang akan terjadi, mereka tidak mengira bahwa dakwah Rasul terhadap Islam akan
sangat pesat dan dapat diterima oleh masyarakat. Kemudian setelah Rasul mulai
berdakwah secara terang-terangan, kaum Quraisy mulai menyatakan tantangannya
dan berkonfrontasi terhadap agama Islam yang baru didakwahkan oleh Rasulullah
saw. Kaum Quraisy berusaha menghentikan tindakan Rasulullah dengan cara apapun.
2.) Faktor – Faktor yang Mendorong Kaum Quraisy
Menentang Seruan Islam
Sebab-sebab yang mendorong kaum Quraisy menentang
agama Islam dan kaum Muslimin, yaitu sebagai berikut :
a. Persaingan berebut kekuasaan
Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian
dan kekuasaan, atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira bahwa tunduk
kepada agama Muhammad adalah berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul
Mutthalib.
Bagi kaum Quraisy untuk menyerahkan pimpinan kepada
Muhammad, karena menurut mereka berarti suku-suku bangsa Arab akan kehilangan
kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat.
b. Persamaan antara hak bangsawan dan hamba
sahaya
Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia
digolongkan kepada kasta yang tidak boleh dilampauinya. Tetapi, seruan
memberikan hak sama kepada manusia. Hak sama ini adalah suatu dasar yang penting
dalam agama Islam. Hamba sahaya itu dipandang lebih mulia dari tuannya apabila
lebih bertakwa dari tuannya itu.
c. Takut dibangkitkan kembali
Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat
manusia akan bangkit dari kuburnya, dan semua perbuatan manusia akan dihisab.
Oleh yang berbuat baik, kebaikannya itu akan dibalas sebagaimana orang yang
berdosa akan disiksa, karena kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya.
Manusia diharapkan kembali dalam keadaan tiada
mempunyai kekuasaan dan pengaruh. Kemudian diadakan perhitungan terhadap segala
perbuatannya dengan adil, hemat, dan cermat.
Gambaran inilah yang mendorong mereka menolak agama
baru itu yang menyebabkan mereka tidak mau mengikuti dan menganutnya. Gambaran
ini adalah gambaran keadilan yang tidak diinginkan oleh tiap-tiap penganiaya.
Gambaran pertanggungan jawab yang amat ditakuti oleh orang-orang yang berdosa.
d. Taklid kepada nenek moyang
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan
mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan
adalah suatu kebiasaan yang berurat berkat pada bangsa Arab.
e. Patung sebagai komoditi perdagangan
Orang Arab zaman dahulu, ialah memahat patung yang
menggambarkan al Lata, al ‘Uzza, Manat, dan Hubal. Patung-patung itu mereka
jual kepada jamaah-jamaah haji. Agama Islam melarang menyembah, memahat, dan
menjual patung. Saudagar-saudagar patung memandang agama Islam sebagai
penghalang rezeki, dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan lenyap.
Penjaga-penjaga Kabah pun merasa pula bahwa mereka
akan kehilangan kekayaan dan pengaruh, dahulu mereka peroleh karena mengabdi
kepada patung-patung, dan melayani orang-orang yang datang ke Mekkah untuk
mengunjungi patung-patung itu.
f. Konfrontasi kaum Quraisy terhadap Islam
Pada permulaan Islam, kaum Quraisy berjumlah
mencurahkan perhatiannya untuk menentang agama Islam. Pertama kali, mereka
menghalangi hamba-hamba dan orang-orang yang lemah. Kalau Muhammad bebas
mengatakan apa yang diinginkannya, tetapi hamba-hamba sahaya menurut pandangan
mereka tidaklah bebas atas jasmani dan rohani mereka sendiri. ‘Ammar serta
isterinya Sumaiyah, begitu juga Bilal, Khabab Ibnu Aris dan lain-lain menderita
siksaan yang berat, di luar perikemanusiaan. Siksaan-siksaan ini berbagai
macam, umpamanya pukulan dan tidak diberi makan dan minum. Yasir sampai
meninggal dunia waktu dia sedang disiksa. Perempuan Yasir terpekik ditikam oleh
Abu Jahal dengan lembing, sampai meninggal dunia.
Akan tetapi Nabi tidak dapat mereka siksa, karena
Bani Hasyim mempunyai kedudukan yang tinggi pada pandangan mereka. Dan Rasul
sendiri mendapat penjagaan dari Abu Thalib paman beliau.
Perlawanan kaum Quraisy pun makin tambah pula.
Perlawanan itu tidak hahnya dihadapkan kepada hamba sahaya dan orang-orang yang
lemah,
Nabi mereka tuduh mengadakan perpecahan antara
orang-orang dengan keluarga dan hamba-hamba sahayanya, serta menghasut
pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya, menghinakan nenek moyang mereka dan
dewa-dewa yang mereka sembah.
3.) Kaum Muslim Hijrah untuk Mencari Suaka ke Negeri
Habsy
Keadaan kaum Muslimin yang disiksa oleh kaum
Quraisy amat menyedihkan sekali. Supaya mereka terhindar dari siksaan kaum
Quraisy.
Rasulullah tidak memerintahkan kepada mereka untuk
mencari suaka ke negeri Yaman, karena negeri Yaman dibawah kekuasaan bangsa
Persia dan orang Persia tidak menganut agama ketuhanan dan juga tidak
menghormati agama ketuhanan. Buktinya Kaisar Persia mengirim utusan kepada
gubernur Yaman agar menangkap utusan Rasulullah untuk dideportasi ke Yaman.
Kaum muslimin akan berhijrah untuk mencari suaka ke
negeri Habsyi! Karena Rasulul mengetahui bahwa raja Habsyi seorang yang adil.
Tidak pernah ada orang teraniaya di sana. Nabi akan mengirim
pengikut-pengikutnya ke negeri Habsyi untuk mencari suaka.
Peristiwa ini terjadi pada tahun kelima sesudah
Nabi diutus menjadi Rasul. Rombongan pertaa yang berangkat ke negeri Habsyi
terdiri atas 10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Diantaranya Usman bin
‘Affan beserta isteri beliau Rukayah puteri Nabi, Zubair Ibnu ‘Awwam,
Abdurrahman Ibnu ‘Auf, dan Ja’far Ibnu Abi Thalib.
Kaum muslimin dapat diterima dengan baik dan
mendapat penghormatan yang besar dari Najasi (Negus) raja Habsyi, sehingga
tatkala kaum Quraisy meminta kepada raja Najasi agar kaum muslimin yang mencari
suaka di negerinya untuk dideportasi lagi ke Makkah. Permohonan itu ditolak
oleh raja Najasi dan kaum muslimin yang meminta suaka diperbolehkan tinggal dan
menetap di negara Habsyi dengan aman.
4.) Memusuhi Rasulullah saw
Hijrah kaum muslimin ke Habsyi menggoncangkan kaum Quraisy.
Mereka berkeyakinan dengan hijrah itu, kaum muslimin akan bertebaran ke segenap
penjuru. Dan dimana mereka berada tentu mereka akan menyeru agama Islam. Dengan
demikian, peribadatan kepada Allah yang akan menang, dan dapat mengalahkan
peribadatan patung-patung. Mereka merubah perhatian untuk membangun gerakan,
yaitu mereka mencoba menindasnya, atau membujuk Rasulullah agar menghentikan
seruan agama baru itu. Untuk membujuk Nabi, mereka menjanjikan memberi Nabi
harta benda yang banyak. Tetapi anjuran itu disambut oleh Nabi dengan tolakan
tegas. Nabi menyatakan :
“Demi Allah, andai kata mereka meletakkan
matahari di kananku dan bulan di kiriku, aku tidak akan berhenti menyeru kepada
agama Allah, hingga agama itu menang atau aku binasa karenanya.”
Muhammad mendapat perlindungan dari keluarganya,
terutama dari paman beliau Abu Thalib, tetapi beliau tidak luput juga dari
berbagai macam penganiayaan dan siksaan. Hanya isteri beliau Khadijahlah yang
senantiasa menjadi penawar hati yang dapat meringankan penderitaan-penderitaan
beliau. Beliau diterima isterinya dengan baik, bila beliau datang ke rumah
berhati masygul (sibuk). Beliau dibujuk dan dihibur hingga kegiatan dan
ketabahan hati beliau pulih kembali.
5.) Hamzah dan Umar Ibnu Khattab Masuk Islam
Waktu Rasulullah sedang giat bertablig untuk
menyeru kepada agama Islam, di samping tindakan kaum Quraisy yang sangat
menentang dakwah Rasulullah, dua orang pahlawan Quraisy masuk Islam : yaitu
Hamzah Ibnu Mutthalib dan Umar Ibnu Khatthab. Kedua orang ini terkenal kuat dan
cerdas.
Kaum Quraisy berkeyakinan bahwa membiarkan Muhammad
menyeru agamanya akan memberi kemenangan kepada agama itu. Lebih-lebih agama
Islam telah mulai menarik perhatian orang-orang yang terkenal kuat seperti
Hamzah dan Umar. Karena kaum Quraisy mulai mengambil langkah baru yang lebih
berani untuk memukul Muhammad itu tidak akan membangkitkan amarah Bani Abdul
Mutthalib, maka berkali-kali mereka datang kepada Abu Thalib, memohonkan agar
dilarangnya Muhammad mencela agama dan menghina dewa-dewa mereka.
Mereka mengultimatum Abu Thalib dengan mangatakan, “Hai Abu Thalib,
kamu adalah seorang tua yang kami muliakan dan kami hargai. Kami telah
berkali-kali meminta kepadamu agar kamu melarang anak saudaramu itu, namun kamu
tidak juga melarangnya.
Akan tetapi ancaman itu tidak ada hasilnya, oleh
sebab itu mereka berusaha dengan cara lain yaitu mereka menawari Abu Thalib
supaya menerima ‘Imarah Ibnul Wali Ibnul Mugirah untuk diasuh dan
dipeliharanya, dan mereka mengambil Muhammad untuk dibunuh.
Permintaan ini ditolak oleh Abu Thalib, sambil
melecehkan pikiran mereka. Kata Abu Thalib : “Alangkah janggalnya tawaranmu itu. Kamu
berikan anakmu kepadaku untuk kuasuh dan kuberi makan, sedangkan anakku
kuberikan kepadamu untuk kamu bunuh”.
6.) Memboikot Bani Hasyim
Kaum Quraisy bermaksud memusuhi Bani Hasyim mereka
mengadakan pertemuan untuk membahas pemboikotan terhadap Bani Hasyim yang
menghasilkan kesepakatan bahwa mereka tidak akan mengadakan perkawinan dan
tiadak akan berjual beli dengan Bani Hasyim.
Pemboikotan terhadap Bani Hasyim ini adalah satu
pemboikotan yang amat kejam. Bani Hasyim menderita kesengsaraan, kelaparan dan
kemiskinan. Tiga tahun lamanya pemboikotan ini berlangsung.
Akan tetapi, penderitaan yang begitu dalam, begitu
banyak dialami kaum muslimin karena kekerasan pihak Quraisy padahal mereka
masih merasakan betapa beratnya kekerasan dan, kelaparan.
Merasa kesal melihat Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya dianiaya Hasyim pergi menemui Zuhair bin Abi Umayyah (Banu
Makhzum). Ibu Zuhair ini adalah Atika Binti Abdul Mutthalib (Bani Hasyim).
“Zuhair”, kata
Hisyam. “Kau
sudi menikmati makanan, pakaian dan wanita-wanita, padahal, seperti kau
ketahui, keluarga ibumu tidak boleh berhubungan dengan orang, berjual beli,
tidak boleh saling mengawinkan. Aku bersumpah, bahwa kalau mereka itu
keluargaku dari pihak ibu, keluarga Abul-Hakam ibn Hasyim, lalu aku diajak
seperti mengajak kau, tentu akan kutolak.”
Keduanya kemudian sepakat akan sama-sama
membatalkan piagam itu, tapi meskipun begitu harus mendapat dukungan juga dari
orang lain, dan secara rahasia mereka harus diyakinkan. Pendirian kedua orang
itu kemudian disetujui oleh Mut’im bin ‘Adi (Naufal, Abdul Bakhtari bin Hisyam,
dan Zam’a bin Aswad (keduanya dari Asad).
Dengan tujuh kali mengelilingi Kabah keesokannya
paginya Zuhair bin Umayya berseru kepada orang banyak : “Hai penduduk Makkah! Kamu sekalian enak-enak
makan dan berpakaian padahal Bani Hasyim binasa tidak dapat mengadakan hubungan
dagang! Demi Allah saya tidak akan duduk sebelum piagam yang kejam itu
dirobek!”.
Abu jahl begitu mendengar ucapan itu, ia pun
berteriak : “Bohong!
Tidak akan kita robek!”.
Saat itu juga terdengar suara-suara Zam’a,
Abul-Bakhtari, Mut’im, dan ‘Amr ibn Hisyam mendustakan Abu Jahl dan mendukung
Zuhair.
Abu Jahl segera menyadari bahwa peristiwa ini akan
terselesaikan juga malam itu dan orangpun sudah menyetujui. Merasa khawatir,
lalu cepat-cepat ia pergi, waktu itu, Mut’im bersiap akan merobek piagam
tersebut, dilihatnya sudah mulai dimakan rayap, kecuali pada bagia pembukaannya
yang berbunyi : “Atas nama-Mu ya Allah…”.
Dengan demikian terdapat kesempatan pada Muhammad
dan sahabat-sahabat pergi meninggalkan celah bukit yang curam itu dan kembali
ke Makkah. Kesempatan berjual beli dengan Quraisy juga terbuka, sekalipun hubungan
antara keduanya seperti dulu, masing-masing siap siaga bila permusuhan itu
kelak sewaktu-waktu memuncak.
Muhammad dan pengikut – pengikutnya pun keluar dari
lembah bukit-bukit itu. Seruannya dikumandangkan lagi kepad apenduduk Makkah
dan kepada kalibah-kalibah yang pada bulan-bulan suci datang berziarah ke
Makkah. Meskipun ajakan Muhammad sudah tersiar kepada seluruh kabilah Arab di
samping banyaknya mereka yang sudah menjadi pengikutnya, tapi sahabat-sahabat
Rasul tidak selamat dari siksaan Quraisy, juga tidak dapat mencegahnya.
7.) Abu Thalib dan Khadijah Wafat
Beberapa bulan kemudian sesudah penghapusan piagam
itu, secara tiba-tiba sekali dalam satu tahun saja Muhammad mengalami duka cita
yang sangat menekan perasaan, yakni kematian Abu Thalib dan Khadijah secara
berturut-turut. Waktu itu Abu Thalib sudah berusia delapan puluh tahun lebih.
Setelah Quraisy mengetahui ia dalam keadaan sakit yang akan merupakan akhir
hayatnya, mereka merasa khawatir apa yang akan terjadi nanti antara mereka
dengan Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
“Abu Thalib, seperti
kau ketahui, kau adalah dari keluarga kami juga. Keadaan sekarang seperti kau
ketahui sendiri, sangat mencemaskan kami. Engkau juga sudah mengetahui keadaan
kami dengan kemenankanmu itu”. Panggillah dia.
Muhammad datang tatkala mereka masih berada di
tempat pemannya. Setelah diketahuinya maksud kedatangan mereka, iapun berkata :
“Sepatah kata saja saya minta, yang akan
membuat mereka merajai semua orang Arab dan bukan Arab.”
“Ya, demi bapakmu”. Jawab Abu Jahl.
Ketika Abu Thalib meninggal hubungan Muhammad
dengan pihak Quraisy lebih buruk lagi dari yang sudah-sudah.
Sesudah Abu Thalib, disusul pula dengan kematian
Khadijah, Khadijah yang menjadi sandaran Muhammad, Khadijah yang telah
mencurahkan segala rasa cinta dan kesetiaannya, dengan perasaan yang lemah
lembut, dengan hati yang bersih, dan dengan kekuatan iman yang ada padanya.
Khadijah, yang dulu menghiburnya bila ia mendapat kesedihan, mendapat tekanan
dan yang menghilangkan rasa takut dalam hatinya. Ia adalah bidadari yang penuh
kasih saying.
Abu Thalib pun meninggal, orang menjadi pelindung
dan perisai terhadap segala tindakan musuh. Pengaruh apakah yang begitu sedih,
begitu pedih menusuk jiwa Muhammad saw? Dua peristiwa itu akan meninggalkan
luka parah dalam jiwa orang – yang bagaimanapun kuatnya – akan menusukkan racun
putus asa ke dalam hatinya. Ia akan dikuasai perasaan sedih dan duka, akan
dirundung kepiluan dan akan membuatnya jadi lemah, tidak dapat berpikir lain di
laur dua peristiwa yang sangat mengharukan itu, sehingga tahun itu disebut
dengan ”Amul
Huzni”.
8.) Quraiys Semakin Ganas
Ketika seorang pandar Quraisy mencegatnya di tengah
jalan lalu menyiramkan tanah ke atas kepalanya. Ia pulang ke rumah dengna tanah
yang masih di atas kepala. Fatimah puterinya lalu datang mencucikan tanah yang
di kepala itu. Ia membersihkannya sambil menangis. Juga secercah duka yang
menyelinap ke dalam hati adalah rintihan jiwa yang sungguh keras, terasa
mencekik leher dan hampir pula menggenangi mata.
Muhammad adalah seorang ayah yang sungguh bijaksana
dan penuh kash sayang kepada putrid-putrinya. Apakah yang kita lihat ia lakukan
terhadap tangisan anak perempuan yang baru saja kehilangan ibunya itu? Menangis
hanya karena melapetaka yang menimpa ayahnya? Tidak lebih dari semua itu ia
hanya menghadapkan. Hatinya kepada Allah dengan penuh iman akan segala
pertolonganNya. “Jangan
menangis anakku”, katanya kepada putrinya yang sedang berlinang air
mata itu. “Tuhan akan melindungi ayahmu.”
Kemudian diulangnya : “sebelum wafat Abu Thalib orang-orang Quraisy
itu tidak seberapa mengganggu saya.”
9.) Muhammad Pergi ke Thaif
Gangguan orang yang pernah dialami Muhammad seolah
dapat meringankan perbuatan buruk yang dilakukan Thaqif, meskipun mereka tetap
kaku tidak mau mengikutinya. Keadaan itu sudah diketahui pula oleh Quraisy
sehingga gangguan mereka kepada Muhammad makin menjadi-jadi. Kepada
kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah, ia memperkenalkan diri, mengajak mereka
mengenal arti kebenaran. Diberitahukannya kepada mereka, bahwa ia adalah nabi
yang diutus, dan dimintanya mereka mempercayainya.
Abu Lahab pamannya tidak membiarkannya, bahkan
dibuntutinya ke mana ia pergi. Dihasutnya orang agar tidak mau mendengarkan.
Muhammad sendiri tidak cukup hanya memperkenalkan
diri kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah di Makkah saja, bahkan ia
mendatangi Banu Kinda ke rumah-rumah mereka, mendatangani Banu Kalb, juga ke
rumah-rumah mereka. Banu Hanifa dan Banu ‘Amir bin Sha’sha’a tapi tidak
seorangpun dari mereka yang mau mendengarkan Banu Hanifa bahkan menolak dengan
cara yang buruk sekali. Sedangkan Banu ‘Amir menunjukkan ambisinya, bahwa kalau
Muhammad mendapat kemenangan, maka sebagai penggantinya, segala persoalan nanti
harus berada di tangan mereka. Tetapi setelah dijawab, bahwa masalah itu berada
di tangan Tuhan, merekapun lalu membuang muka dan menolaknya seperti yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar